
Jakarta - Kegagalan Timnas Indonesia U-23 lolos ke Piala Asia U-23 2026 masih terus menjadi sorotan. Sangat disayangkan memang, mengingat dua tahun sebelumnya, di bawah asuhan Shin Tae-yong, Garuda Muda justru merangsek hingga babak semifinal.
Indonesia sebenarnya bisa mengulang sukses, mengingat Rafel Struick dan teman-teman bertindak sebagai tuan rumah yang mendapat dukungan penuh dari fans setia.
Pasukan Gerald Vanenburg mengawali laga Grup J Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 kurang meyakinkan, ditahan imbang 0-0 oleh tim lemah Laos. Barulah di laga kedua Garuda Muda bangkit dengan menggiling Makau lima gol tanpa balas.
Hanya saja, di laga terakhir fase grup, anak-anak asuh Gerald Vanenburg harus mengakui ketangguhan Korea Selatan. Indonesia kalah tipis 0-1 dan gagal lolos ke putaran final.
Sudah Diprediksi

Pengamat sepak bola nasional, Mohamad Kusnaeni, lewat kanal YouTube Nusantara TV belum lama ini sepertinya tak terlalu kaget dengan kegagalan tersebut.
"Sebetulnya bukan hanya di kualifikasi kemarin. Sebetulnya sejak Piala AFF kita sudah melihat problem yang sama yakni kreativitas. Jadi tim ini bisa menguasai bola, bisa ngontrol lapangan tengah, tapi ketika masuk sepertiga akhir pertahanan mereka sering buntu gitu loh," kata Mohamad Kusnaeni.
"Ketika menghadapi lawan yang bertahan dengan jumlah banyak istilahnya parkir bus, mereka enggak tahu bagaimana cara memancing lawan keluar. Ketika mereka menghadapi lawan yang menutup sayap-sayap mereka, mereka enggak punya alternatif serangan dari lini tengah langsung ke depan," imbuh pengamat yang akrab disapa Bung Kus.
Monoton

Menurut Mohamad Kusnaeni, Timnas Indonesia U-23 tak punya variasi serangan alias monoton.
"Jadi ibaratnya kalau kata orang sih, serangannya template jadi mudah dibaca. Yang kedua, serangannya template sehingga mudah diantisipasi dan ketika menghadapi situasi buntu enggak ada plan B, plan C, plan D-nya gitu," tukasnya.
"Kalau tim itu kan selalu harus mempersiapkan diri menghadapi lawan mana pun. Ada kemungkinan lawan sudah tahu apa yang akan dilakukan dan mereka menyiapkan kontra strateginya. Ketika itu terjadi, harus ada perubahan taktik berjalan dari plan A ke plan B, plan C, dan seterusnya," katanya menambahkan.
"Nah, yang saya lihat di tim U-23 kemarin kita kurang mampu mengubah situasi di lapangan ketika skenario A tidak berjalan," tutupnya.