
Jakarta - PSSI terus menegaskan langkah serius dalam membangun fondasi sepak bola nasional yang sehat dan profesional, dimulai penguatan ekosistem pelatih.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyatakan bahwa para pelatih memegang peranan vital dalam mencetak pemain berkualitas sehingga harus dijamin bekerja dalam sistem yang berintegritas dan bebas dari intervensi nonteknis.
Pernyataan tersebut disampaikan Erick dalam acara National Coach Conference 2025 yang digelar di Jakarta International Stadium (JIS), Jumat (18-7-2025).
Forum ini diikuti oleh 300 pelatih dari berbagai penjuru Indonesia, dan diselenggarakan atas kerja sama PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
"Sepak bola Indonesia telah mengalami banyak perubahan besar dalam dua tahun terakhir. Prestasi timnas meningkat, program pemusatan latihan tim putra dan putri berjalan konsisten, dan pembinaan di level akar rumput terus berkembang," ujar Erick.
Gerald Vanenburg menunjukkan totalitasnya sebagai pelatih Timnas Indonesia U-23. Dalam sesi latihan jelang Piala AFF U-23 2025, ia terekam tengah menyiapkan sendiri alat bantu latihan untuk para pemain. Aksi sederhana ini jadi bukti keseriusannya dal...
Merivisi Statuta

Sebagai bagian dari transformasi menyeluruh, PSSI juga telah merevisi statuta dengan misi utama: talenta sepak bola nasional harus lahir dari sistem pembinaan akar rumput, bukan hanya dari klub-klub besar di kota besar.
Erick Thohir menegaskan bahwa sistem kompetisi Liga 4 yang sedang disiapkan, menjadi solusi penting. Liga ini berbasis kota/kabupaten, yang pemenangnya akan melaju ke Liga 3 di tingkat provinsi, dan terus naik ke level nasional hingga profesional.
Dengan lebih dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan asumsi minimal 25 klub di tiap daerah, diperkirakan akan ada lebih dari 12 ribu klub aktif. Ini berarti kebutuhan pelatih melonjak drastis.
Berdasarkan perhitungan PSSI, Indonesia memerlukan sekitar 36 ribu pelatih untuk menopang sistem tersebut. Akan tetapi, saat ini, baru sekitar 15 ribu pelatih aktif yang terdaftar, angka yang masih jauh dari ideal, apalagi dibandingkan dengan negara seperti Jepang.
"Profesi pelatih kini sangat dibutuhkan. Untuk itu, PSSI sedang membangun ekosistem yang memadai. Kami mendorong adanya terobosan dari PSSI dan Asprov agar lisensi pelatih bisa diakses lebih mudah dan biayanya diturunkan," kata Erick.
Komitmen Konkret

Sebagai bentuk komitmen konkret, PSSI mengucurkan bantuan Rp500 juta per tahun kepada setiap Asprov guna mendukung program pengembangan pelatih di daerah.
Namun, Erick tak lupa mengingatkan satu hal krusial: pentingnya menjaga integritas. Ia menolak keras praktik "titipan" dalam dunia kepelatihan maupun pemilihan pemain.
"Junjung tinggi kejujuran dan profesionalisme. Berikan kesempatan yang adil bagi semua anak bangsa untuk berkembang. PSSI dan Asprov tidak boleh memfasilitasi pelatih titipan. Begitu pula para pelatih, jangan menerima pemain titipan. Ekosistem yang bersih dan adil harus kita bangun bersama," tegas Erick yang juga Menteri Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI ini.